Tuesday, 14 July 2015
Pesona rangkong asli indonesia: kenali, cintai, dan hindari sanksi
Masih ingat dengan peristiwa yang dialami Sunarto, penghobi burung yang ditangkap karena membeli rangkong? Kalau pengakuannya benar, maka dia adalah korban ketidaktahuan terhadap spesies langka yang dilindungi UU. Untuk mencegah kejadian serupa menimpa kita semua, para kicaumania Indonesia, saya ingin membawa Anda pada pengenalan terhadap beberapa spesies rangkong asli Indonesia. Intinya, yuk kita mengenali dan mencintai rangkong agar tak musnah dari Bumi Indonesia.
Rangkong memiliki beberapa nama alias, antara lain burung julang, enggang, dan kangkareng. Orang bule menyebutnya hornbill, karena paruhnya besat dan kuat seperti tanduk.Di seluruh dunia terdapat 14 spesies rangkong, yang tersebar di Asia dan Afrika.
Semua spesies rangkong berada dalam ordo Bucerotidae, dan semuanya termasuk dalamdaftar burung yang dilindungi di Indonesia (silakan pencet link tersebut, kemudian lihat nomor 10). Bucerotidae (kosakata Latin) juga berarti tanduk sapi.
Dari 14 spesies yang ada, tiga diantaranya merupakan burung endemik Indonesia, artinya hanya dijumpai di negara kita saja, yaitu :
Rangkong sulawesi, atau julang sulawesi ekor hitam (Rhyticeros cassidix). Sesuai dengan namanya, spesies ini merupakan fauna asli Pulau Sulawesi, bahkan dijadikan identitas Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian masyarakat setempat menyebutnya dengan nama rangkong buton, burung taonn, atau burung alo.
Julang sulawesi ekor putih atau kangkareng sulawesi (Penelpoides exarhatus) yang juga burung endemik Sulawesi.
Julang sumba (Rhyticeros averitti), atau disebut juga rangkong sumba, atau nggokgokka, yang termasuk burung endemik di Sumba, Nusa Tenggara Barat.
Selain ketiga spesies endemik tersebut, ada juga jenis rangkong lainnya yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua, yaitu:
Kangkareng perut-putih atau burung Kelingking (Anthracoceros albirostris).
Kangkareng hitam atau enggang gatal birah atau burung kekek (Anthracoceros malayanus).
Enggang cula atau rangkong badak atau burung tahun-tahun (Buceros rhinoceros).
Enggang papan atau rangkong papan (Buceros bicornis).
Enggang gading atau rangkong gading atau enggang terbang mentua (Rhinoplax vigil).
Enggang klihingan atau enggang konde, julang jambul abu-abu, burung arau, atau burung belukar (Anorrhinus galeritus).
Enggang jambul atau enggang jambul putih (Berenicornis comatus).
Julang jambul hitam atau enggang berkedut (Aceros corrugatus).
Julang emas atau julang mas, enggang musim, atau enggang gunung (Rhyticeros undulatus).
Rangkong dompet (Rhyticeros subruficollis).
Enggang gading merupakan satwa yang dijadikan maskot (fauna identitas) Kalimantan Barat. Sedangkan rangkong papan merupakan jenis rangkong yang terbesar yang memiliki panjang tubuh mencapai 160 cm.
Yuk, mengintip sarang rangkong
Seperti halnya enggang kalimantan yang diabadikan sebagai simbol kasih sayang, enggang di belahan dunia lain pun memiliki sebutan yang sama. Misalnya crowned hornbill (Tockus alboterminatus) yang ada di Afrika Selatan. Setelah masa perkawinan, burung betina masuk ke lubang pohon dan bertelur di sana.
Selama bertelur hingga merawat anak-anaknya, lubang tersebut “disegel” atau ditutupi dengan campuran lumut dan lumpur oleh burung jantan, dengan menyisakan lubang kecil agar pejantan bisa memberi makan pasangannya dan anak-anaknya yang berada di dalam.
Gambar berikut diperoleh dari birdinfo.co.za dalam sebuah infographic karya Hugh Chittenden (November 2007), yang menunjukan betapa unik kehidupan pasangan ini saat merawat anak-anaknya.
INDUK BETINA BERADA DI SARANG PADA LUBANG POHON UNTUK BERTELUR, MENGERAMI TELUR, DAN MERAWAT ANAK-ANAKNYA. (FOTO : HUGH CHITTENDEN)
Induk rangkong betina akan berada terus didalam sarang yang disegel burung jantan selama hampir dua bulan. Selama itu pula, suplai makanan dipasok pejantan. Setelah bertelur, burung betina akan mengalami masa mabung, dimulai dengan rontoknya bulusayap dan bulu ekor. Mungkin karena hal inilah burung jantan menutup pintu sarang, karena khawatir atas keselamatan pasangannya yang sedang mabung.
RANGKONG JANTAN MELINDUNGI SARANG DAN MEMBERII MAKAN UNTUK BETINA MAUPUN ANAK-ANAKNYA SETELAH MENETAS. (FOTO : HUGH CHITTENDEN)
Setelah masa mabung selesai, burung betina akan keluar sarang setelah merusak pintu masuk yang dibuat pasangannya. Uniknya, saat induk betina keluar dari sarang, anak-anaknya yang masih bertahan di dalam sarang akan membetulkan kembali pintu masuk yang dijebol induknya.
Dengan cara demikian, anak-anak rangkong selamat dari ancaman predator. Kali ini, suplai makanan untuk mereka dipasok bersama antara induk jantan dan betina. Kedua induk akan memberikan makanan dari luar, sampai anak-anaknya sudah siap meninggalkan sarang.
ANAK-ANAK RANGKONG AKAN MERENOVASI SARANG YANG DIJEBOL INDUK BETINA SEELAH MENYELESAIKAN MASA MABUNGNYA. (FOTO : HUGH CHITTENDEN)
Semoga bermanfaat, makin memperkaya khazanah perburungan, sekaligus makin mengenal dan mencintai rangkong.
PESAN OM KICAU
Yuk, kita berjanji untuk tidak menangkap burung rangkong, apalagi memanfaatkan sebagian atau seluruh bagian tubuhnya untuk kepentingan apapun.
Hanya kita, warga Indonesia, yang bisa menyelamatkan plasma nutfah burung asli Indonesia tersebut, apapun spesies atau jenisnya.
Salam sukses, salam dari Om Kicau.
Sumber : omkicau.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment